menu melayang

Rabu, 25 Januari 2023

Akuisisi Super Mahal Holcim oleh Semen Indonesia

 


Akuisisi Super Mahal Holcim oleh Semen Indonesia

Pada awal - awal tahun 2019, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) telah mengkonfirmasi mengakuisisi 80,6% saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Direktur Utama dari Semen Indonesia, yakni Hendi Prio mengatakan pihaknya telah membeli saham Lafarge Holcim yang ada di Holcim Indonesia. sebelum lanjut ke pembahasan kami sebelumnya juga mengunggah Go Private AQUA jika anda ingin membaca anda bisa klik link yang tertera.

Nilai akuisisi yang dikatakan Hendi yakni sebesar 917 juta dollar US atau sekitar Rp.13,47 triliun (kurs Rp14.735) ternyata jauh berbeda dengan apa yang dipublikasikan oleh Lafarge Holcim, yakni 1,7 miliar dollar US atau Rp 25,78 triliun.

Pada waktu itu belum ada keterangan lebih lanjut terkait dengan perbedaan nilai transaksi tersebut. Pada siaran persnya, Semen Indonesia hanya menyatakan bahwa nilai jual beli dari saham adalah US $ 917 juta saja, lalu ditambahkan keterangan "harga akan disesuaikan berdasarkan kondisi pada saat penyelesaian transaksi".

Adapun terkait pengambilalihan saham 6,17 miliar tersebut dilakukan setelah adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli Bersyarat yang telah disepakati pada 12 November 2018.

Merosotnya Arus Kas Pasca Akuisisi Super Mahal Holcim

Pada awal tahun 2019, Semen Indonesia telah mengakuisisi Holcim Indonesia. Pada dasarnya, akuisisi adalah sebuah strategi untuk ekspansi yang cepat suatu perusahaan. Cara ini banyak dilakukan oleh berbagai macam perusahaan guna meningkatkan pangsa pasar.

Seharus, akuisisi bisa menjadi sesuatu yang positif. Namun, laporan keuangan terbaru Semen Indonesia berkata lain. Akuisisi malah membuat perusahaan menurunkan kinerja. Lantas, Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Untuk informasi lebih jelasnya, simak penjelasan dari artikel ini.

Melansir dalri laman korporatisasi.com, berikut kami akan menjelaskan secara bertahap bagaimana merosotnya arus kas pasca akuisisi super Mahal Holcim;

Berawal dari akuisisi Holcim Indonesia oleh Semen Indonesia telah disepakati akhir tahun 2018 yang kemudian pelaksanaannya dilakukan pada awal tahun 2019. Saat itu nilainya sebesar USD $1,7 miliar untuk 80,06% sahamnya.

Holcim Indonesia diakuisisi pada saat dalam kondisi rugi. Pada tahun 2018 dan 2017 kerugian dari Holcim Indonesia masing-masing sebesar Rp758 miliar dan Rp828 miliar dengan jumlah omset masing-masing sebesar Rp10,377 triliun dan Rp9,382 triliun.

Salah satu komponen biaya Holcim Indonesia adalah royalti merek, yang merupakan 5% dari omzet, yang berjumlah Rp51.800 miliar pada tahun 2018 dan Rp4.690 crore pada tahun 2017. Maksudnya adalah, jika tidak ada royalti (karena merek Holcim sudah tidak digunakan lagi) maka Holcim Indonesia akan tetap merugi Rp240 miliar di tahun 2018 dan Rp359 di tahun 2017.

Pada tahun 2018, Semen Indonesia mampu memperoleh keuntungan sebesar 10% dari omzet. 6% dari omzet tahun lalu. Rata-rata 8% dari omzet. Jika Semen Indonesia berhasil menaikkan kinerja Holcim Indonesia menjadi laba omset 8%, maka berdasarkan omset tahun 2018, Holcim Indonesia akan menghasilkan laba sekitar Rp 830 miliar. Dengan saham yang dibelinya, Semen Indonesia diperkirakan memperoleh keuntungan sebesar Rp 664 miliar. Berdasarkan harga beli di atas, pengembalian investasi yang diproyeksikan adalah 2,6%. Apakah ROI yang diproyeksikan sepadan? Mari kita bandingkan biayanya.

Bagaimana Semen Indonesia membiayai akuisisi bisa terbaca neraca akhir kuartal kedua 2019 dibanding dengan akhir 2018. Tampak terjadi kenaikan aset dari  Rp51 triliun menjadi Rp77 triliun. Terjadi kenaikan aset sebesar Rp26 triliun. Angkanya sinkron sebagaimana nilai akuisisi. Utang yang ada pada akhir 2018 sebesar Rp18 triliun mengalami kenaikan menjadi Rp45 triliun, artinya melesat dengan kenaikan sebesar Rp27 triliun. Hal tersebut menunjukkan bahwa Semen Indonesia membiayai akuisisi dengan dana hutang.

Berapakah tingkat bunga hutang?

Catatan dari laporan keuangan Semen Indonesia menyebut biaya bunga utang obligasi, misalnya adalah sebesar 9% (persen).

Harapannya, ROI 2,6% dibiayai dengan utang berbiaya 9% tentu itu proyeksi kerugian.

Mungkinkah ROI akuisisi dari Holcim Indonesia ditingkatkan sampai dengan 9% alias lebih dari 3 kali ROI proyeksi di atas? Meningkatkan margin, yakni rasio laba terhadap omzet diatas pencapaian historis Semen Indonesia yang 8% bisa dikatakan suatu hal yang mustahil.

Alternatif lainnya yaitu meningkatkan omzet Holcim Indonesia menjadi 3x saat ini juga hampir mustahil mengingat pertumbuhan ekonomi dan ketatnya persaingan semen ditambah posisi Semen Indonesia yang sudah menguasai pasar lebih dari 60%.

Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa akuisisi Holcim Indonesia oleh Semen Indonesia adalah akuisisi rugi “rugi saat dilakukan, rugi saat mencapai kinerja yang maksimal”. Dengan kata lain, akuisisi yang dilakukan tersebut harganya terlalu mahal.

Semahal apakah akuisisi tersebut?

Pada akhir tahun 2018, nilai Holcim Indonesia adalah Rp14,447 triliun. Dengan angka tersebut, nilai pasar dari 80,06% saham yang dibeli Semen Indonesia adalah Rp11,5 triliun. Jika dibandingkan dengan nilai akhir tahun 2018 tersebut, akuisisi oleh Semen Indonesia senilai Rp26 triliun adalah 2,2 kali harga pasar alias 120% di atas harga pasar.

Mengakuisisi perusahaan yang merugi dengan harga jauh di atas harga pasarnya tentunya menguntungkan pemegang saham perusahaan yang diakuisisi dan merugikan perusahaan yang mengakuisisinya. Semen Indonesia merugi, sedangkan yang diuntungkan adalah LafargeHolcim.

Mari berkaca pada kasus akuisisi rugi sekitar Rp500 miliar yang berakibat Karen Agustiawan masuk penjara.

Seberapa mahalnya juga dapat dilihat dari nilai buku. Pada akhir 2018, nilai buku dari Holcim Indonesia adalah Rp6,135 triliun. Dengan demikian nilai buku 80,6% saham yang diakuisisi Semen Indonesia adalah Rp4,912 triliun. Jadi, harga transaksi adalah 5,29 kali nilai buku.

Sebagaimana disebut di atas, Semen Indonesia membiayai akuisisi dengan utang. kenaikan rasio utang terhadap ekuitas (DER) adalah akibat dari utang, dimana DER yang semula 0,56 menjadi 1.41 (Bandingkan dengan DER LafargeHolcim, induk Holcim Indonesia yang sebesar 0,99). Artinya, akuisisi ini meningkatkan risiko Semen Indonesia sebagai perusahaan. Risiko  utang adalah tuntutan pailit dari kreditur jika Semen Indonesia gagal bayar.

Utang ada dua jenis, yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Utang jangka pendek Semen Indonesia meningkat dari Rp8 triliun menjadi Rp14 triliun, alias naik Rp Utang jangka panjangnya naik dari 10 triliun menjadi Rp31 triliun alias naik Rp21 triliun. Kenaikan ini menunjukkan bahwa Semen Indonesia bukan sekedar menggunakan uang utang untuk akuisisi yang sifatnya jangka panjang.  Bahkan Semen Indonesia menggunakan utang jangka pendek untuk pengambilalihan ini. Bahasa awamnya Semen Indonesia telah “nabrak sana nabrak sini” untuk melunasi transaksi akuisisi Holcim

Menambah hutang pasti akan meningkatkan pembayaran bunga. Terlihat dari laporan arus kas, beban bunga semester I 2018 sebesar Rp 336 miliar mencapai Rp 1,272 triliun, meningkat Rp 936 miliar pada semester I tahun ini.

Kenaikan pembayaran bunga berdampak langsung pada arus kas Semen Indonesia. Arus kas operasi tetap positif sebesar Rp 1,5 triliun pada paruh pertama 2018 dan negatif pada Rp 130 miliar pada paruh pertama 2019.

Membayar beban bunga ini juga menghasilkan keuntungan yang lebih rendah. Laba pada paruh pertama 2018 adalah Rp 965 miliar, turun menjadi Rp 481 miliar pada periode yang sama tahun ini. Senilai Rs 48.400 crore, pengurangan 50%.

Penurunan laba tersebut jauh lebih rendah dari kenaikan pembayaran bunga tersebut di atas sebesar Rp 936 miliar. Artinya, Semen Indonesia sangat menghemat pengeluaran lainnya. Satu hal yang dapat Anda lakukan adalah menghemat biaya tunjangan karyawan seperti bonus, dll.

Holcim Indonesia telah merugi pada tahun-tahun menjelang akuisisi. Kerugian pada paruh pertama 2018 adalah 539 miliar rupiah. Meski masih merah, nilainya menyusut menjadi Rp 279 miliar pada semester pertama tahun ini. Artinya, di bawah kepemimpinan Semen Indonesia, meski Holcim Indonesia masih merugi, kinerjanya sedikit membaik. Namun, melihat penurunan laba Semen Indonesia, terlihat banyak pengorbanan yang dilakukan Semen Indonesia untuk memajukan Holcim Indonesia.

Ini adalah hasil dari akuisisi yang dibiayai utang. Apakah tidak ada cara lain untuk membiayai akuisisi Holcim Indonesia? Pada akhir tahun 2018, Semen Indonesia dihargai (semua saham) sebesar Rp 68 triliun. Jika Semen Indonesia menerbitkan saham (rights issue) untuk menutupi nilai akuisisi penuh sebesar Rp 26 triliun, maka perlu menerbitkan 38% dari saham yang ada.

Apakah mungkin ada jatah? Tidak mungkin karena dua alasan. Pertama, publik (melalui DPR) pasti akan menolaknya, karena rights issue akan mengurangi kepemilikan pemerintah di Semen Indonesia menjadi kurang dari 51%. Artinya, Semen Indonesia bukan lagi BUMN. Meski banyak BUM yang sukses, seperti DHL (Jerman) atau Embraer (Brazil), apa yang disebut rencana korporatisasi ini tentu memunculkan sudut pandang “pemerintah menjual aset negara”. Hasil Menonjol Mentalitas Raja Hutang

Alasan kedua adalah masalah pengembalian investasi. Per Semen Indonesia saat ini adalah 25, sehingga terlihat investor mengharapkan ROI sebesar 100/25 atau 4%. Jadi, jika Semen Indonesia menerbitkan saham senilai Rp 26 triliun, mereka meminta tambahan keuntungan 4% kepada Holcim Indonesia, yakni Rp 1,04 triliun. Hal ini tentu saja tidak mungkin karena perkiraan ROI terbaik untuk Holcim Indonesia seperti yang disebutkan di atas hanya 2,6%. Artinya, dengan cara pembiayaan apapun, akuisisi Holcim Indonesia adalah sebuah transaksi yang merugikan Semen Indonesia.

bagaimana penjelasan kami tentang Akuisisi Super Mahal Holcim oleh Semen Indonesia semoga artikel diatas menambah wawasan anda dan membantu anda mencari informasi yang dibutuhkan

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel